mereka bilang mimpiku sinting. nalarku mulai miring. imajinasiku melayang-layang di udara. bermimpi membelai kening langit. juga membelah dada lautan. katanya bait-bait puisiku fatamorgana. naluri-naluri bahagiaku tak cukup pada hal sederhana. kubilang ke

Terkadang aku tak begitu sadar, dengan apa yg harus aku lakukan. layaknya manusia, yg selalu mencari celah diantara hujan peluru, mencari tempat aman untuk berlindung diantara siku-siku yg runcing, atau mungkin hanya sekedar memuaskan fantasi, agar tetap